Monday, February 20, 2012

Sekilas Cerita Pengalaman Ikut Kajian "Meniti Jalan Meraih Kecintaan ALLAH"

Awalnya dapat info tag-in photo dari salah seorang teman di facebook, memang sebenarnya akhir-akhir ini sedang merasa futur (jatuh) juga sih semangat beribadahnya. Makanya, saat ada info seperti ini, kebetulan lagi tidak ada agenda apa-apa dan memang ingin tahu juga, bagaimana rasanya ikut kajian langsung sama dosen Ilmu Aqidah dari Universitas Islam Madinah dan seorang Ulama Pengajar tetap di Masjid Nabawi Madinah (#woww), akhirnya datang ke Masjid Istiqlal. Fastabiqul Khairat, mameenn... ^_^

Saya berangkat dari rumah (yang terletak di Bekasi) pada pukul 8.15. Dengan menggunakan sepeda motor, saya berusaha menerobos rintik-rintik hujan yang menambah suasana romantis kota Bekasi,  saat itu. Sampai di halte Busway Pinang Ranti, saya menitipkan motor, dan bergegas menuju loket penjualan tiket busway. Dingin. Itu yang saya rasakan pertama kali memasuki busway yang pada saat itu baru berisi kurang dari 10 penumpang. Berbekal bertanya pada petugas busway tentang rute yang harus di temput to get there(Masjid Istiqlal), akhirnya saya berangkat kesana sendiri. Rute yang harus saya ikuti untuk ke sana adalah
Naik busway dari Pinang Ranti --> Transit di BNN --> naik lagi busway jurusan Harmoni --> turun sampai di halte Juanda
Pas banget di halte busway Juanda itu ada Masjid Istiqlal. Alhamdulillah. Dipermudah dan diringankan dalam melangkah menuju ke majelis ilmu itu. :)
Saat sampai di halte Juanda, Alhamdulillah tak hanya aku sendirian yang turun. Tetapi ada 2 orang ibu-ibu juga yang turun (#Alhamdulillah ada temen, kataku). Yang ada dibayanganku adalah suasana kajian yang sepi dan hikmat, ibu-ibu kerudung panjang-panjang, dan bapak-bapak yang berjanggut rapi, beserta anak-anak yang lucu-lucu.. hehehe..(#boleh dong sedikit berekspektasi). Rupanya, in real dengan in my imagination is quite contradiction. Yang aku lihat para akhwat-nya kebanyakan pakai cadar(penutup wajah), pakaiannya gelap-gelap, anak-anak kecilnya pun tidak kalah, mereka memakai kerudung yang panjang juga.. :) (#kalau yang ikhwannya ga tau deh, ga terlalu memerhatikan) whooooww... pertama kali disuguhkan suasana yang seperti ini, sempet kaget juga sih, berasa asing. Tapi, bukan seperti itu seharusnya mindsetnya, 
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." (QS. Al Hujurat : 10)
So, i thought disana saya tidak sendirian ber-fastabiqul khairat, tetapi bersama-sama saudara seiman saya yang lainnya. 

Masuk ke dalam masjid, lalu mengambil air wudhu, di pintu sebelah selatan, kemudian saya langsung bergegas menuju tempat akhwat. Lantai pertama dilewati dengan mudah. Lantai kedua pun tanpa rintangan yang berarti. Kemudian sampai di lantai 3, saya mulai berpikir, "haloo ini saya mau sampai berapa digiring ke atas gini, emangnya bakal kedengeran kalo disana(dilantai 4)??". Akhirnya saya memutuskan untuk memilih duduk di lantai 3. Ada yang aneh dengan tempat itu. Dindingnya tertutup, berbeda dengan yang dilantai 1 dan 2 yang saya lewati tadi. hmm... suaranya pun tak terlalu jelas terdengar. Diam sebentar dan kemudian kembali saya berdiskusi dengan diri saya sendiri, "kalau disini terus, mau dapet apa?? konsentrasi ga dapet, suara juga ga jelas terdengar. Coba aja dulu ke atas, siapa tau terdengar lebih jelas kalau dari atas". Akhirnya, hasil diskusi yang cukup singkat itu pun menghasilkan sebuah keputusan bahwa, Saya Harus Naik Ke Lantai 4! (#yeeaahh!!!)

Alhamdulillaah..
Subhanallaah..
Allahu Akbar..

Dilantai 4, Allah memberikan tempat yang spesial untuk saya bisa lebih fokus dan konsentrasi. Walaupun ramai, namun entah mengapa saya dengan mudah menangkap apa yang dibahas oleh pembicara kajian pada saat itu. Pembicara dalam kajian pada pagi hari Ahad, 19 Februari 2012 adalah Syeikh Prof. Dr. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al 'Abbad Al Badr (hafidzohulloh). Seperti yang sudah saya sampaikan diatas, beliau adalah seorang dosen Ilmu Aqidah pada Program Pasca Sarjana di Universitas Islam Madinah serta Ulama Pengajar Tetap di Masjid Nabawi Madinah. Beliau menjelaskan dengan menggunakan bahasa Arab, kemudian di translate-kan menggunakan bahasa Indonesia, oleh seorang Ustadz Indonesia yang duduk di sebelah kirinya. Sang Ulama menjelaskan dengan penuh ketenangan dan sang Ustadz menjelaskan kembali perkataan Syeikh dengan penuh semangat dan kehati-hatian. Motode penyampaian yang dipakai yaitu, Syeikh menjelaskan sebagian, kemudian Ustadz mentranslate-kannya. Saat berbicara pun, baik Syeikh maupun Ustadz berintonasi tenang dan tidak terburu-buru, sehingga tidak terlalu sulit bagiku mencatat untain ilmu yang dibagikan oleh Syeikh Abdurrozaq (semoga Allah Melimpahkan keberkahan bagimu dan bagiku). Secara garis besar, inti dari kajian tersebut ada 10 sebab seseorang dapat menumbuhkan serta menjaga kecintaannya kepada Allah Ta'ala. Yang isinya, ada pada postingan ini .Setidaknya ada beberapa syair Arab yang saya catat dalam buku catatan hijau saya.
Seseorang yang berbuat maksiat  
Kemudian ia mengaku mencintai Allah
Maka sesungguhnya hamba yang mencintai Allah

akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (maksiat) 

dan ini juga..

Kamu menginginkan keselamatan

Sedangkan kamu tidak berjalan di jalan keselamatan
Sesungguhnya perahu tidak dapat berlayar didaratan yang kering 
Acara itu selesai sebelum azan zuhur dikumandangkan. Saya bersyukur sekali, Allah Memberiku kemudahan dan keringanan kaki dalam melangkah menuju majelis ilmu, yang insya Allah penuh rahmat itu. :)

#siang yang gerimis. Sukabirus  

No comments:

Post a Comment