Friday, June 7, 2013

Aku Telah Dewasa - Izinkan Aku, Bu



Ibu
Aku tak pandai merangkai kata, hingga ia terdengar indah ditelingamu, bu
Aku pun tak pandai berlaku indah, hingga ia menyejukkan hatimu, bu
Ibu
Aku hanya seorang anak yang selalu menyusahkanmu
Selalu membantahmu
selalu menyakitkan hatimu
namun semuanya kau balas dengan kelembutan, kesabaran, dan keindahan tutur kata

ibu
kini aku telah dewasa bu
telah berani untuk mencoba menantang dunia
telah merasa siap dengan segala resiko diluaran yang tak kusadari sendiri seberapa besar resiko itu

tapi disini,
kau masih menggenggam tanganku, bu
masih menggenggam erat jemariku
masih memeluk dengan pelukan hangat kepadaku

ibu,
aku kini telah dewasa bu
izinkan aku
sedikit saja bu
izinkan aku untuk membalas begitu banyak kebaikan yang telah kau buat
aku tau kau kuat bu
aku tau kau mampu bu
tapi izinkan aku bu
izinkan aku menjadi seorang anak yang sholihah
yang berbakti kepadamu
membantu segala kesulitanmu
ceritakan padaku keluh kesahmu bu
ceritakan padaku

aku tak begitu pandai membaca raut datar wajahmu
aku pun tak begitu cerdas memahami tidurmu yang gusar
ceritakan padaku
biar aku dapat membantumu bu

izinkan aku
sedikit saja
untuk membantumu bu...

Monday, June 3, 2013

Laki-laki Vs Perempuan

Laki-laki dan perempuan, sama namun berbeda. Keduanya memiliki hak yang sama disisi Allah. Keduanya, sama-sama dijaga oleh Allah, dicukupi kebutuhannya oleh Allah. Yang membedakan keduanya adalah kadar ketaqwaannya kepada Allah. Yang membedakan keduanya adalah kadar kecintaannya kepada Dzat yang telah Menciptakan keduanya, yaitu Rabb Al Amin. Maha Besar Allah Yang telah Menciptakan manusia yang keseluruhannya tak ada yang sama 100%. Bahkan seseorang yang kembar identik sekalipun, memiliki 1 tanda fisik yang pasti berbeda, ia adalah sidik jari. Perbedaan itu indah, jika dapat disikapi dengan bijak.
Jika boleh diibaratkan laki-laki dan perempuan sebagai panci dan ember, maka ceritanya jadi seperti ini.
Ember [Perempuan] : “Enak yah kamu panci, kamu bisa membawa air yang awalnya dingin, lalu kamu panaskan tubuhmu, kemudian air ditubuhmu menjadi hangat bahkan mendidih. Hingga kamu bisa lebih bermanfaat buat banyak orang”
Panci [Laki-laki] : “Hmm... Iya sih tapi kamu juga enak kok, kamu kan ukurannya bisa jauh lebih besar dari ukuranku. Kamu bisa bawa banyak air, sedangkan aku.. yaa Cuma segini-gini aja”
Ember   : “Ngga panci, bisa membawa air banyak itu ngga sekeren yang kamu bayangin, itu biasa aja! Mungkin ga yah sekali-kali nanti aku coba jadi kamu, memanaskan tubuhku, agar air yang aku bawa menjadi mendidih dan  bisa di manfaatkan oleh pemilikku”
Panci     : “......????”
Mungkin ngga yaah si ember menjadi panci atau mungkinkah si panci menjadi ember?
Si ember memiliki fungsinya sendiri, begitupun si panci. Dia punya fungsi yang lain. Ember berfungsi untuk membawa air yang jumlahnya lebih banyak, sedangkan panci berfungsi untuk memasak, memanaskan masakan. Mungkinkah mereka bertukar posisi untuk merasakan indahnya menjadi diri orang lain? Padahal dirinya sendiri telah dirasakan manfaatnya, tanpa harus bertukar posisi yang nantinya malah akan jadi menghancurkan dirinya sendiri.
Laki-laki dan perempuan memiliki fungsi/peran yang berbeda. Seorang laki-laki dia wajib menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Maka jangan heran jika ia menjadi seorang yang pekerja keras dan ulet, untuk menghidupi keluarganya.
Lantas, bagaimana dengan seorang perempuan? Haruskah ia hanya diam dirumah saja?
Pertanyaannya, seharusnya tidak dimulai dari sana. Tetapi tanyakan, apa peran seorang perempuan?
 Peran seorang perempuan adalah menyiapkan generasi manusia selanjutnya agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Yang tidak menjadi perusak atau bagian dari masalah, tetapi menjadi bagian dari solusi. Menyiapkan anaknya, lingkungan sekitarnya agar menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Menjadi seorang ibu yang totalitas dalam mendidik anaknya, berarti menyiapkan dunia yang lebih baik kedepannya. Itulah mengapa, pendidikan tidak hanya penting bagi laki-laki, tetapi juga penting untuk perempuan.  Namun, hal ini bukan berarti perempuan tidak boleh bekerja. Boleh saja, hanya kadar dan prioritasnya harus jelas. Jika memang seorang perempuan, katakanlah seorang istri itu diharuskan bekerja itu karena untuk menutupi kebutuhan hidup, yaa mengapa tidak untu membantu suaminya bekerja. Namun, sekali lagi, ia harus tetap memrioritaskan peran utamanya di rumah.
Fungsi dan peran seorang perempuan telah jelas. Fungsi dan peran seorang laki-laki juga telah jelas. Masih perlukah kesetaraan antara keduanya?