Laki-laki dan perempuan,
sama namun berbeda. Keduanya memiliki hak yang sama disisi Allah. Keduanya,
sama-sama dijaga oleh Allah, dicukupi kebutuhannya oleh Allah. Yang membedakan
keduanya adalah kadar ketaqwaannya kepada Allah. Yang membedakan keduanya adalah
kadar kecintaannya kepada Dzat yang telah Menciptakan keduanya, yaitu Rabb Al
Amin. Maha Besar Allah Yang telah Menciptakan manusia yang keseluruhannya tak
ada yang sama 100%. Bahkan seseorang yang kembar identik sekalipun, memiliki 1
tanda fisik yang pasti berbeda, ia adalah sidik jari. Perbedaan itu indah, jika
dapat disikapi dengan bijak.
Jika boleh diibaratkan
laki-laki dan perempuan sebagai panci dan ember, maka ceritanya jadi seperti
ini.
Ember [Perempuan] : “Enak
yah kamu panci, kamu bisa membawa air yang awalnya dingin, lalu kamu panaskan
tubuhmu, kemudian air ditubuhmu menjadi hangat bahkan mendidih. Hingga kamu
bisa lebih bermanfaat buat banyak orang”
Panci [Laki-laki] :
“Hmm... Iya sih tapi kamu juga enak kok, kamu kan ukurannya bisa jauh lebih
besar dari ukuranku. Kamu bisa bawa banyak air, sedangkan aku.. yaa Cuma
segini-gini aja”
Ember : “Ngga panci, bisa membawa air banyak itu
ngga sekeren yang kamu bayangin, itu biasa aja! Mungkin ga yah sekali-kali
nanti aku coba jadi kamu, memanaskan tubuhku, agar air yang aku bawa menjadi
mendidih dan bisa di manfaatkan oleh
pemilikku”
Panci : “......????”
Mungkin ngga yaah si
ember menjadi panci atau mungkinkah si panci menjadi ember?
Si ember memiliki
fungsinya sendiri, begitupun si panci. Dia punya fungsi yang lain. Ember
berfungsi untuk membawa air yang jumlahnya lebih banyak, sedangkan panci
berfungsi untuk memasak, memanaskan masakan. Mungkinkah mereka bertukar posisi
untuk merasakan indahnya menjadi diri orang lain? Padahal dirinya sendiri telah
dirasakan manfaatnya, tanpa harus bertukar posisi yang nantinya malah akan jadi
menghancurkan dirinya sendiri.
Laki-laki dan perempuan
memiliki fungsi/peran yang berbeda. Seorang laki-laki dia wajib menjadi tulang
punggung bagi keluarganya. Maka jangan heran jika ia menjadi seorang yang
pekerja keras dan ulet, untuk menghidupi keluarganya.
Lantas, bagaimana dengan
seorang perempuan? Haruskah ia hanya diam dirumah saja?
Pertanyaannya, seharusnya
tidak dimulai dari sana. Tetapi tanyakan, apa peran seorang perempuan?
Peran seorang perempuan adalah menyiapkan
generasi manusia selanjutnya agar menjadi orang yang lebih baik lagi. Yang
tidak menjadi perusak atau bagian dari masalah, tetapi menjadi bagian dari
solusi. Menyiapkan anaknya, lingkungan sekitarnya agar menjadi solusi dari
permasalahan yang ada. Menjadi seorang ibu yang totalitas dalam mendidik
anaknya, berarti menyiapkan dunia yang lebih baik kedepannya. Itulah mengapa,
pendidikan tidak hanya penting bagi laki-laki, tetapi juga penting untuk perempuan. Namun, hal ini bukan berarti perempuan tidak
boleh bekerja. Boleh saja, hanya kadar dan prioritasnya harus jelas. Jika
memang seorang perempuan, katakanlah seorang istri itu diharuskan bekerja itu
karena untuk menutupi kebutuhan hidup, yaa mengapa tidak untu membantu suaminya
bekerja. Namun, sekali lagi, ia harus tetap memrioritaskan peran utamanya di
rumah.
Fungsi dan peran seorang
perempuan telah jelas. Fungsi dan peran seorang laki-laki juga telah jelas.
Masih perlukah kesetaraan antara keduanya?