Friday, December 27, 2013

Beasiswa Dataprint

Teman-teman semua pasti tau sama tinta printer nomer 1 yang namanya DataPrint, kan? Ternyata ngga cuma ngebantu kita-kita (dalam hal ngeprint tugas aja), DataPrint juga peduli lho sama pendidikan anak Indonesia!!!
SALUTTT....!!!
Setelah dua tahun sukses melaksanakan kegiatan yang sama, tahun ini DataPrint juga melaksanakan program pemberian beasiswa yang diberi nama Beasiswa DataPrint. Beasiswa ini terbagi menjadi dua periode, Kawan. Periode yang pertama sudah terlaksana tengah tahun 2013, tepatnya bulan Februari sampai Juni kemarin. Dan yang sekarang adalah yang periode kedua, dari bulan Juli sampai 31 Desember. Masih ada kesempatan buat kamu-kamu yang keren dan setia menggunakan tinta printer DataPrint, supaya bisa meringankan beban ortu sekaligus memacu kamu untuk bisa lebih berprestasi. Selamat mencoba! ^_^

*oh ya, for more info, kamu bisa klik dua link di bawah ini :)
http://beasiswadataprint.com/ ---> Beasiswa DataPrint
www.dataprint.co.id/ -----> DataPrint

Friday, December 6, 2013

FTI Mengajar: Pengalaman Minggu ke 2

Jum'at pagi. Untuk kedua kalinya berkunjung ke sekolah Kedung Cowek di dekat jembatan Suramadu. Benar-benar dekat. Saking dekatnya, sampai tercium aroma pantai(laut) yang khas.
Pukul delapan aku sampai di sekolah, disambut dengan keceriaan adik-adik yang sangat hangat.

Namanya Lia, Ririn, dan Dewi. Adik-adik kelas dua yang menjadi tanggung jawabku selama dua jam aku berada di sekolah itu. Awal aku berkenalan dengan mereka, mereka termasuk anak yang pendiam. Saking pendiamnya, mereka hanya senyum-senyum aja saat aku ajak ngobrol dan bertanya-tanya sedikit tentang mereka -_-

Ohya, sekilas cerita, aku punya adik perempuan namanya Bella dia anak yang aktif sedikit pemalu tapi rasa carious dan pantang menyerahnya akan sesuatu, luar biasa buatku. Bella masih kelas satu, dan sudah bisa membaca (minimal baca SMS -_-). Jadi, saat aku disuruh menangani anak-anak kelas dua itu, aku berpandangan, "ah paling tidak akan jauh ngajarnya, seperti ngajar Bella"

Tapi ternyata, hal yang aku pikirkan tidak seperti kenyataanya. Kelas dua SD namun kemampuan membaca dan menulisnya masih sangat perlu untuk di asah. Jangankan membaca, menuliskan abjad saja masih perlu bantuan. Aku menceritakan hal ini bukan bermaksud untuk merendahkan atau apa lah. Tapi, hanya kaget saja. Bagaimana bisa mereka naik ke kelas dua, kalau membaca saja sulit?

Oke lanjut..
Hari ini aku bertekad untuk membuat mereka hapal huruf, bisa dan biasa menuliskan huruf abjad. Maka, jadilah pertemuan tadi aku buka dengan menggambar dan menuliskan nama benda yang mereka gambar.
A - B - C - D - E........................................- X - Y - Z 
huruf-huruf abjad itu, mereka tak hapal. Kalau mereka tak hapal, buatku itu masih tak apa. Nanti masih bisa di asah hingga hapal. Tapi yang membuatku kecewa adalah, mereka mencontek agar jawaban/huruf yang mereka tulis terlihat benar. Ini jelas-jelas perilaku yang sangat disayangkan jika sudah dibiasakan ada sejak kecil. Dengan segala upaya, aku mencoba meyakinkan mereka bahwa,
"tak apa salah, yang penting itu usaha kalian sendiri"
Akhirnya aku mencoba mengalihkan perhatian mereka yang mencoba mencari celah agar bisa mencontek, dengan cara bernyanyi. Yak! Bernyanyi sekaligus mengerjakan tugas menulis huruf abjad itu bersama-sama. Hal itu cukup ampuh untuk membuat mereka percaya pada jawabannya sendiri, dan tidak fokus pada jawaban temannya lagi.

Di hari ini aku juga mulai mempelajari karakter mereka.
Dewi: senang menggambar, tidak suka membaca
Lia: senang mengerjakan soal, tidak suka menggambar
Ririn : bisa menggambar dan membaca kalau diberi support BISA

Akhirnya tadi aku agak sedikit bingung, harus bagaimana. Saat bagian menggambar, Dewi sangat bersemangat. Tapi Lia males-malesan. Kebalikannya. Kemudian saat bagian membaca dan mengerjakan soal pilihan ganda, Lia menjadi bersemangat dan Dewi mendadak murung dan menjadi pendiam. Ya jelas saja, saat ini Dewi masih belum lancar membaca(bahkan mengeja)
. Akhirnya, jadilah ia tadi hanya senyam senyum dan selalu bilang,
"Aku ngga bisa, ngga bisa, ngga bisa"
Pas denger kata-kata itu dari mereka, mau Lia Dewi ataupun Ririn, rasanya semakin bersemangat untuk mengajarkan mereka bahwa KITA BISA, jika KITA YAKIN BISA!
Akhirnya tadi aku buat kelas privat untuk Dewi, kelas privat membaca. Tetapi kayaknya hal itu ngga terlalu berhasil. Karena jadinya Dewi malah jadi malu, karena mungkin terlihat 'berbeda'
Aku juga bingung sebenarnya harus di apakan kalau ada murid yang berbeda seperti itu.

Semoga minggu depan mengajarnya lancar. Dan adik-adik dapat dengan mudah menyerap ilmunya. Aamiin :)

Wednesday, November 27, 2013

sesal

Penyesalan
bukan sebuah kata yang layak kau ucap
bersyukur dan janjimu yang itu harus kau tunaikan

sang bintang tak kan tersenyum di kala siang
begitupun sang penggembala tak kan pulang sebelum ternaknya kenyang

ilmumu harus kau cari
ia tak kan datang dengan sendiri
ilmumu harus kau jemput
dari guru yang ilmunya seluas laut

Tuesday, November 26, 2013

Untukku yang ke 22

"Ya emang gitu, Mba. Kan apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai hasilnya. Makanya jangan bosen berbuat kebaikan. Seneng kan kalo bisa berbuat baik sama orang?"

Itu nasehat ibu yang ibu katakan ke aku pagi ini. Pagi disaat 22 tahun yang lalu, beliau dengan penuh peluh mempertaruhkan hidupnya demi hidup seorang anak manusia.
Dua puluh dua tahun yang lalu, saat mata sang bayi masih tak kuasa melihat indahnya dunia, dihadapannya ada seorang bapak yang dengan senyum bahagia di samping sang istri tercinta, menggendong dengan penuh rasa sayang. 
Dua puluh dua tahun yang lalu, setelah masa penantian 9 bulan dengan segala keterbatasan yang ada. Mencoba menguatkan pundak untuk tetap berdiri tegak hingga lahirnya sang bayi yang dinanti.

Ibu bilang, "Allah itu Maha Adil. Kita yang pas pasan gini, Alhamdulillah di kasih proses lahiran yang normal. Mba dulu lahir gratis tanpa biaya, Amel sama Dini bayar yaa tapi ga mahal mahal amat paling 500ribu udah termasuk akte. Alhamdulillaah..."

Senyum langsung terpasang diwajahku. Alangkah sempurnanya nikmat-Mu ya Rabb, Engkau lahirkan hamba dari rahim seorang ibu yang sangat cantik, sangat baik, sangat perhatian, dan sangat sayang kepada keluarganya. Dan Engkau juga titipkan hamba kepada seorang ayah yang sungguh tiada duanya, gagah, tampan, baik, perhatian, sayang kepada keluarga, dan bertanggung jawab. (dan agak sedikit gendut sih :P )

I would like to thank for Nung. I wish our dream will be come true. :)

Usia 22 tahun jalan ke 23. Sudah bukan waktunya lagi untuk main-main. Waktunya untuk memberikan arti keberadaanku di dunia ini.
Awal Januari tahun ini, aku pernah membuat peta hidup. Tentang visi hidupku. Itu akan jadi roadmap hidupku. Supaya ga salah arah (lagi).

Aku pernah bilang kepada temanku,
"Jangan sampai jurusan yang salah kita pilih ini, menjadi pembatas kita dengan passion kita"

Kata-kata itu akan aku pegang. Makasih buat gun*ur (teman smp-ku yang sudah sukses menutup mataku saat aku memilih jurusan untuk kuliah). Aku yakin ga ada yang salah disini. Tinggal kita, pinter2 aja cari hikmah dari semua yang terjadi. Skenario Allah, itulah yang terbaik,

Tangan gatel karena kudis
Daun delima jadi obatnya
Selamat Ulang tahun yaa Gendys
Semoga tambah berkah umurnya




Monday, November 25, 2013

Manusia Gadget

Sumber:

http://9gag.com/gag/a9d1151?ref=fb.s

Menyeramkan sekali. Suram rasanya kalau dunia jadi seperti ini. Semua harus pada kadar normalnya. Teknologi bagus, tentu ada batasan normalnya. Begitu juga dengan gadget yang sekarang ini sangat mudah dan murah (untuk sebagian orang) untuk dimiliki. Akhirnya, istilah ini pun berlaku.

"Gadget--> mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat"

Berikut ini ada gambar yang aku ambil dari sumber yang aku cantumkan di atas. Bukan untuk menolak kemajuan teknologi, tetapi untuk mengingatkan agar menggunakannya ada batas normalnya.


Sunday, November 24, 2013

Putri Malas

Aku berkutat dengan hal yang tak ku ketahui ujungnya
Berbelas kasih dengan hawa kota yang membuatku semakin tak berbelas kasih
Mempekerjakan tanganku untuk hal yang tak kusukai adanya
Menjadikan pembungkus tubuh bak sang raja yang harus dilayani dengan segala perhatian

Untaian frekuensi rendah dari mulut tak lagi mengena
Diam pun tak kan buat sang ratu tertidur
Bergerak pun hanya akan mengalihkan pikiran yang berkelebat dalam tempurung kepala yang kosong

Miris,
Kejayaanmu telah hancur

Kini kaki mulai menapak dari awal
Bagai menahan badak berbadan dua
ataupun menarik gajah berkaki seribu
langkahmu terasa lunglai tak berada

Dimana adanya indah senyuman sang kancil
menari-nari dalam lamunan yang tak lagi berwarna
Rasanya hanya hitam dan putih
Atau merah yang menyala itu ada tapi tertutupi dengan timbunan kemalasanmu

Kau bukan tak mampu
Hanya malas
Kau bukan tak mau
Hanya malas

Sudahlah ini hidup sang putri yang memimpikan sang pangeran
Padahal rembulan tak kan datang dengan kakinya
Kau harus meluncurkan kereta kudamu
Ia tak kan lari menghindar darimu

Thursday, October 31, 2013

Mood Booster! *Yeaahh

Siang-siang lagi suntuk. Mau belajar buat UTS ntar malem tapi ga masuk-masuk.
Udah berasa bakal gagal aja ntar malem.
Akhirnya cari makan dulu, trus internet-an
Seperti biasa, alamat utama yang di cari si Mr. F******k trus tiba-tiba keingetan.
Hari ini masih bulan Oktober. Masih ada sesuatu yang ditunggu dari 1 bulan yang lalu..
trus buka salah satu situs pemerintah.. and...
Yes, This is It!
Mood Booster!
Alhamdulillaah... Thanks Allah...

http://kemenpora.go.id/pdf/NOMINATOR%20LOMBA%20CERPEN.pdf

Wednesday, October 30, 2013

Sebelum 22

1. Rajutan bros bunga dan kupu-kupu
2. Es Kelapa (#ifyouknowwhatimean)
3. Shaum Daud
4. Bank Sampah Bratang-Surabaya

H-28 !
You were born just to be real, not to be perfect!

How Can I Not Love You

Peringatan: Postingan ini mengandung unsur-unsur galau!

PLAY THE MUSIC:
Joy Enriquez-How Can I Not Love You



Cannot touch, Cannot hold, Cannot be together
Cannot love, Cannot kiss, Cannot love each other
Must be strong and we must let go
Cannot say what our hearts must know
Chorus:
How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you here in my arms
How does one walks away
From all of the memories
How do I not miss you when you are gone
Cannot trip, Cannot share sweet and tender moments
Cannot feel how we feel, Must pretend it's over
Must be brave and we must go on, Must not say
Wat we no longer long
Chorus:
How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you here in my arms
How does one walks away
From all of the memories
How do I not miss you when you are gone
How can I not love you
Bridge:
Must be brave and we must be strong
Cannot say what we no longer long
Chorus:
How can I not love you
What do I tell my heart
When do I not want you here in my arms
How does one walks away
From all of the memories
How do I not miss you when you are gone
How can I not love you
When you are gone

Saturday, October 26, 2013

Berhenti Memberi Uang Pada PENGEMIS

Fakir miskin != Pengemis (Fakir miskin tidak sama dengan pengemis)

Fakir miskin adalah mereka yang tetap berusaha bekerja dengan cara yang halal untuk mendapatkan rejeki (uang) dengan tidak meminta, sekalipun hasil yang didapatkan sangat sedikit. Sedangkan pengemis, mereka yang tak mau berusaha bekerja cenderung meminta-minta untuk mendapatkan uang.

Frequently Asking Question (FAQ):
A : Lho, beramal kok dilarang?
B : Bukan dilarang, tapi lebih baik beramal kepada yang lebih berhak
A : Tapi kan yang penting niatnya?
B : Niatnya memang bagus, tapi caranya yang salah
A : Apanya yang salah?
B : Jelas salah. Dengan memberi uang secara langsung kepada pengimis dijalan, itu berarti kita sudah mengajarkan kemalasan kepada mereka. Mengajarkan kalau mencari uang hanya harus meminta, tanpa perlu bekerja
A : Mengajarkan kemalasan? Kok bisa?
B : Mengajarkan kemalasan, karena pada dasarnya, mendapatkan uang itu perlu usaha. Coba perhatikan, berapa banyak pengemis yang berpikir: "Buat apa bekerja? Toh penghasilan dari mengemis saja sudah besar"? Itu gara-gara kita terlalu muda memberikan uang kepada pengemis...
A : Bagaimana dengan pengemis tua atau memiliki cacat fisik yang nampak nggak mampu lagi bekerja?
B : Banyak kok orang tua atau orang yang memiliki cacat fisik yang masih mau bekerja. Ini bukan soal usia. Bukan pula soal kekurangan fisik. Ini soal mau berusaha atau nggak...
A : Terus, bagaimana biar tetap bersedekah?
B : Lebih baik salurkan sedekah melalui lembaga-lembaga resmi dan terpercaya...
A : Tapi kan ribet ....
B : Kalo ngotot ingin bersedekah dijalan, lebih baik lakukan dengan membeli sesuatu dari pedagang kecil yang nampak nggak laku (bahkan meski kita nggak butuh barangnya). Anggap aja bukan beli barangnya, tapi kita menghargai usaha dan kerja kerasnya. Itu jauh lebih bermanfaat ketimbang ngasih duit ke pengemis yang mayoritasnya adalah pemalas yang cenderung menipu....

 

Sumber:
http://behance.vo.llnwd.net/profiles21/3106145/projects/11665283/a58323c80063233450c93c43dd7ba402.jpg

Wednesday, September 18, 2013

Sekolah 5 Senti

Sumber: Jawa Pos halaman Ekonomi Bisnis
             Senin, 13 Februari 2012
Penulis : Renaldkasali - Guru Besar Universitas Indonesia, pakar bisnis dan strategi
 


Setiap kali berkunjung ke Jerusalem, saya sering tertegun saat melihat orang-orang Yahudi ortodoks yang penampilannya sama semua. Agak mirip dengan Tiongkok di era Mao yang masyarakatnya dibangun oleh dogma pada rezim otoriter dengan pakaina ala Mao. Di Tiongkok, orang-orang tua di era Mao jarang senyum, sama dengan orang Yahudi yang baru terlihat happy  saat upacara tertentu di depan Tembok Ratapan. Itu pun tak semuanya. Sebagian terlihat murung dan menangis persis didepan tembok yang banyak celahnya diisi kertas-kertas bertulisan harapan dan doa.

Perhatian saya tertuju pada jas hitam, baju putih , janggut panjang, dan topi kulit berwarna hitam yang menjulang tinggi di atas kepala mereka. Menurut Dr Stephen Carr Leon yang pernah tinggal di Jerusalem, saat istri mereka mengandung, para suami akan lebih sering berada dirumah untuk mengajari istri rumus-rumus matematika atau bermain musik. Mereka ingin anak-anak mereka secerdas Albert Einstein atau sehebat violis terkenal Itzhak Perlman.

Saya kira bukan hanya orang Yahudi yang ingin anak-anaknya menjadi pintar. Di Amerika Serikat saya juga melihat orang-orang India yang membanting tulang habis-habisan agar bisa menyekolahkan anaknya. Di Bekasi saya pernah bertemu orang Batak yang membuka usah tambal ban di pinggir jalan. Begitu saya intip rumahnya, didalam bilik yang terbuat dari bambu dan gedek, saya melihat seorang anak usia SD sedang belajar sambil minum susu di depan lampu teplok yang diterpa angin.

Tapi, tahukah Anda, orang-orang yang sukses itu sekolahnya bukan hanya 5 senti?


Dari Atas atau Bawah?

Sekolah 5 senti dimulali dari kepala bagian atas. Supaya fokus, saat bersekolah, tangan harus dilipat, duduk tenang, dan mendengarkan. Setelah itu, apa yang dipelajari di bangku sekolah diulang di rumah, ditata satu per satu seperti melakukan filing supaya tersimpan teratur di otak.

Orang-orang yang sekolah 5 senti mengutamakan rapor dan transkip nilai. Itu mencerminkan seberapa penuh isi kepalanya. Kalau diukur dari kepala bagian atas, ya paling jauh menyerap hingga 5 sentimeter ke bawah.

Tetapi, ada juga yang mulainya bukan dari atas, melainkan dari alas kaki. Pintarnya, minimal 50 senti,  hingga ke lutut. Kata Bob Sadino, itu cara goblok. Enggak usah mikir, jalan aja, coba rasain, lama-lama otomatis naik ke atas. Cuma, mulai dari atas atau dari bawah, ternyata sama saja. Sama-sama bisa sukses dan bisa gagal. Bergantung berhentinya sampai di mana.

Ada orang yang mulainya dari atas dan berhenti di 5 senti itu, ia hanya menjadi akademisi yang steril dan frustasi. Hanya bisa mikir tak bis ngomong, menulis, apalagi memberikan contoh. Sedangkan yang mulainya dari bawah juga ada yang berhenti sampai dengkul saja, seperti pengayuh becak. Keduanya sama-sama berat menjalani hidup kendati yang pertama bersekolah di ITB atau ITS dengan IPK 4,0.

Supaya bisa menjadi imigran unggul, para imigran Arab, Yahudi, Tiongkok, dan India di Amerika menciptakan kondisi agar anak-anak mereka tidak sekolah 5 senti, tetapi sekolah 2 meter. Dari atas kepala hingga telapak kaki. Pintar itu bukan hanya untuk berpikir, melainkan juga menjalankan apa yang dipikirkan, melakukan hubungan ke kiri dan kanan, mengambil dan memberi, menulis dan berbicara. Otak, tangan, kaki, dan mulut sama-sama disekolahkan dan sama-sama harus bekerja.

Sekarang saya jadi mengerti mengapa orang-orang Yahudi mengirim anak-anaknya ke sekolah musik atau mengapa anak-anak orang Tionghoa ditugaskan menjaga toko, melayani pembeli selepas sekolah.

Sekarang ini Indonesia sedang mengalami banyak masalah karena sebagian besar guru dan dosennya, maaf, hanya pintar 5 senti dan mereka mau murid-muridnya sama dengan mereka. Guru besar ilmu teknik (sipil) yang pintarnya hanya 5 senti hanya asyik membaca berita saat mendengar jembatan Kutai Kartanegara ambruk atau terjadi gempa di Padang. Guru besar yang pintarnya 2 meter segera berkemas dan berangkat meninjau lokasi, memeriksa, dan mencari penyebabnya. Mereka menulis karangan ilmiah dan memberikan simposium kepada generasi baru tentang apa yang ditemukan di lapangan.

Yang sekolah 5 senti hanya bisa berkomentar atas komentar-komentar orang lain. Sedangkan yang pandainya 2 meter cepat kaki dan ringan tangan. Sementara itu, yang pandainya dari bawah dan berhenti sampai didengkul  hanya bisa marah-marah dan membodoh-bodohkan orang-orang pintar, padahal usahanya banyak masalah.

Saya pernah bertemu dengan orang yang memulainya dari bawah, dari dengkulnya, lalu bekerja di perusahaan tambang sebagai tenaga fisik lepas pantai. Walau sekolahnya susah, ia terus menabung sampai akhirnya tiba di Amerika Serikat. Di sana ia hanya tahu Berkeley University dari koran yang menyebut asal sekolah para ekonom terkenal.

Tetapi, karena bahasa Inggris dia buruk dan pengetahuannya kurang, ia beberapa kali tertipu dan masuk ke kampus Berkeley yang sekolahnya abal-abal. Bukan Berkeley yang menjadi sekolah para ekonom terkenal. Itu pun baru setahun kemudian ia sadari, yaitu saat duitnya habis. Sekolah tidak jelas, uang pun tak ada, ia harus kembali ke Jakarta dan bekerja lagi di riglepas pantai.

Dua tahun kemudian orang ini kembali ke Berkeley dan semua orang terkejut, kini ia bersekolah di business school yang paling bergengsi di Berkeley. Apa kiatnya? “Saya datangi dekannya dan saya minta diberi kesempatan. Saya katakan, saya akan buktikan saya bisa menyelesaikannya. Tetapi, kalau tidak diberi kesempatan, bagaimana saya membuktikannya?”

Teman-temannya bercerita, sewaktu ia kembali ke Berkeley, semua orang Indonesia bertepuk tangan karena terharu. Anda mau tahu di mana ia berada sekarang? Setelah meraih gelar MBA sari Berkeley dan meniti karir sebagai eksekutif, kini orang hebat ini menjadi pengusaha dalam bidang energi yang ramah lingkungan, besar, dan inovatif.

Saya juga bisa bercerita banyak tentang dosen-dosen tertentu yang pintarnya sama dengan Anda, tetapi mereka tidak hanya pintar bicara, melainkan juga berbuat, menjalankan apa yang dipikirkan dan sebaliknya.

Maka jangan percaya kalau ada yang bilang sukses itu bisa dicapai melalui sekolah atau sebaliknya. Sukses itu bisa dimulai dari mana saja, dari atas oke, dari bawah juga tidak masalah. Yang penting jangan berhenti hanya 5 senti atau 50 senti. Seperti otak orang tua yang harus dilatih, fisik anak-anak muda juga harus disekolahkan. Dan, sekolahnya bukan di atas bangku, tetapi ada di alam semesta, berteman debu dan lumpur, berhujan dan berpanas-panas, jatuh dan bangun.

Growth Mindset

Sumber: Jawa Pos halaman Ekonomi Bisnis
             Senin, 13 Februari 2012
Penulis : Renaldkasali - Guru Besar Universitas Indonesia, pakar bisnis dan strategi

Sabtu lalu (11/2) sekitar seribu orang mengikuti yudisium di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Mereka terdiri dari lulusan S-1, S-2, dan S-3. Di antara mereka ada 40 anak didik saya di MMUI yang lulus dengan prestasi cumlaude, dan dua diantaranya lulus dengan IPK sempurna (4,0). Bahkan, salah seorang yang lulus dengan IPK sempurna itu (keduanya perempuan) berusia paling muda (21,5 tahun).
Tetapi, sepulang saya dari acara yudisium, saya menerima sebuah release terbaru yang dikeluarkan oleh FBI tentang latar belakang dan perilaku orang-orang terkenal. Salah satunya siapa lagi kalau bukan Steve Jobs. Laporan mengenai Steve Jobs terbaca jelas, ditulis oleh analis yang terkesan tidak senang terhadap mendiang (wajar, karena menurut orang dalam Apple, petugas FBI yang ditugasi mewawancarai dibuat Jobs harus menunggu tiga jam sebelum diterima). Namun demikian, penulisnya berusaha memberikan data-data objektif sehingga terkesan Jobs bukan seorang yang cerdas.
“Meski terkenal, ia ternyata hanya punya indeks prestasi kumulatif 2,65 saat duduk di tingkat SLTA,” ujar laporan itu. Angka tersenut terlihat objektif dan tidak diambil dari pemikiran penulis. Kalau Anda membaca report itu jauh sebelum Jobs dikenal, mungkin Anda termasuk orang yang menilai Jobs tidak cerdas. Tetapi, karena kita membacanya sekarang, paling Anda mengatakan apa urusan IPK dengan karya yang sudah dibangun seseorang. Bukankah impact jauh lebih penting daripada paper dan IPK?
Seperti yang pernah saya tulis pada kolom di Jawa Pos setahun yang lalu, manusia memiliki dua jenis midset, yaitu growth mindset dan fixed mindset. Orang-orang yang memiliki setting-an piklran tetap (fixed mindsed) cenderung sangat mementingkan ijazah dan gelar sekolah, sedangkan mereka yang tumbuh (growth mindset) tetap menganggap diri mereka “bodoh”.
Bagi mereka, ijazah dan IPK hanya langkah kemarin, sedangkan masa depan adalah soal impact apa yang bisa Anda berikan atau lahirkan. Maka, kepada mereka yang pernah belajar dengan saya selalu saya tegaskan, pintar itu bagus, tetapi impact jauh lebih penting.
Celakanya, universitas banyak dikuasai orang-orang yang bermental ijazah dan asal sekolah sehingga mereka terkurung dalam penjara yang mereka buat sendiri, yaitu fixed mindset. Bagi mereka, impact itu sama dengan paper atau kertas karya, terlepas dari apakah bisa dijalankan atau tidak.

Kualitas Intake
Jadi, akhir pekan kemarin pikiran saya terbagi dua. Di satu pihak saya senang memiliki anak-anak yang cerdas, namun di pihak lain saya gelisah kalau mereka yang ber-IPK tinggi itu produk setting-an tetap. IPK tinggi tetapi terlalu membanggakan jejak sejarah: ijazah.
Karakter orang-orang settingan tetap itu, menurut Carol Dweck, antara lain, adalah menolak tantangan-tantangan baru, menganggap kerja keras sia-sia, dan tidak senang menerima kritik (umpan balik negatif). Juga, bila ada orang lain yang lebih hebat darinya, ia sangat sinis dan menganggap mereka sebagai ancaman. Orang-orang seperti itu biasanya menjadi arogan dan sering membanggakan “apa yang sudah ia capai”. Prestasi akademis pada masa lalu bisa menjadi pemicu.
Padahal, kita semua butuh orang pintar. Bahkan, di sebuah sekolah perempuan saya membaca kalimat ini: Beauty is nothing without brain. Benar, cantik saja tidak berarti apa-apa bila tidak cerdas. Tetapi, studi yang dilakukan Dweck memberikan jawaban yang melengkapi: Pintar yang kita butuhkan bukanlah pintar yang sudah selesai, melainkan yang di-setting untuk tumbuh (growth mindset).
Apa ciri-ciri mereka? Mereka itu merasa kualitas kecerdasannya belum apa-apa. Mereka menerima tantangan-tantangan baru, menganggap kerja keras penting., menerima feedback negatif untuk melakukan koreksi, dan bila ada pihak yang lebih hebat darinya, ia akan menjadikan orang tersebut sebagai tempat belajar.
Orang-orang seperti itulah yang menjadi sasaran untuk direkrut. Maka, di MMUI seperti juga di Harvard, kami tidak terlalu mengandalkan tes-tes tertulis sebagai segala-galanya. Nilai akademis masa lalu mereka boleh tinggi, tetapi kami dalami dalam wawancara yang dilakukan orang-orang berpengalaman. Dari situ kami sering mendapatkan insight, bahkan tidak jarang orang yang memiliki hasil tes tinggi terpaksa digugurkan karena mereka terlanjur terkunci dalam ruang gelap yang di-setting  tetap.
Tetapi apalah arti semua itu kalau kita tidak berani mengubah mereka? Itulah tugas kami sebagai pendidik, merombak cara berpikir agar anak didik tumbuh, bukan sekadar mendapat ijazah. Jadi, ke-40 anak muda yang lulus cumlaude  itu tentu masih ingat bahwa musuh besar mereka adalah kebanggaan yang berlebihan terhadap prestasi yang sudah dicapai kemarin.
Ke depan Indonesia butuh lebih banyak manusia yang adaptif, bukan orang-orang kaku yang merasa pintar sendiri. Untuk melahirkan manusia-manusia unggul, diperlukan kualitas intake yang baik, disamping proses yang mampu menempa mereka menjadi insan yang tumbuh.
Maka, proses seleksi sangat penting, di awal, di tengah, dan di akhir. Bila dulu saya gelisah memandang lulusan yang meraih gelar cum laude yang hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri, sekarang saya bisa bernapas lega karena Dweck telah membukakan jalan bahwa itu bisa diatasi dengan setting-an pikiran yang tepat.

Saturday, September 14, 2013

Kalau Cinta Jangan Marah by April

Satu hati, satu jiwa
Takkan mungkin pernah terpisahkan lagi 
Walau berjuta rintangan menghalang
Aku tetap milikmu

Ku yakini cinta kita

Takkan jadi penghalang yang berarti
Untuk mewujudkan impian kita‘tuk selamanya ohhh..
 

Kalau cinta jangan marah
Jangan ragukan cintaku 
Ku tak mau kau membisu 
Marilah kita bicarakan

Kalau cinta jangan marah

Aku takut orang lain
Yang mencuri hatiku dari sisimu
 

Ku yakini cinta kita 
Takkan jadi penghalang yang berarti
Untuk mewujudkan impian kita‘tuk selamanya ohhh..
 

Kalau cinta jangan marah 
Jangan ragukan cintaku
Ku tak mau kau membisu 
Marilah kita bicarakan  

Kalau cinta jangan marah 
Aku takut orang lain
Yang mencuri hatiku dari sisimu
 

Kalau cinta jangan marah
Jangan ragukan cintaku
Ku tak mau kau membisu
Marilah kita bicarakan
Kalau cinta jangan marah 

Aku takut orang lain 
Yang mencuri hatiku dari sisimu
 

Kalau cinta jangan marah

ini link youtube nya: enjoy it ^^
http://www.youtube.com/watch?v=UsjYzbc6Pz4

Tuesday, September 10, 2013

Basic Concept DC Circuit

Lagi ada waktu luang, saya coba menuliskan kembali apa yang saya dapatkan kemarin dari kelas pertama saya ya, Rangkaian Listrik. Semoga bermanfaat : )
Sebelum berbicara lebih jauh tentang rangkaian listrik, baik rasanya bila kita memiliki konsep dasar dari rangkaian listrik itu sendiri.  Karena pada pertemuan kuliah saya yang pertama saya baru di bawakan materi sampai daya serap dan daya yang dikirim, jadi saya akan mulai dari jenis arus sampai daya serap/kirim itu yaa.
Dalam rangkaian listrik ( yang selanjutnya akan disebut dengan RL), jenis arus terbagi menjadi dua, Sob, yaitu arus searah atau DC dan arus bolak-balik atau AC.
Kalau arus DC atau Direct Current, arus yang mengalir nilainya konstan terhadap waktu. Kayak gini ini gambarnya:
 
Nah kalau AC atau Alternating Current, nilai arusnya berubah-ubah, Sob. Bentuknya bisa jadi seperti sinusoidal. Macem gini nih gambarnya:
Kemudian, langsung aja yaa ke daya serap dan daya kirim.
Jadi gini, dalam sebuah rangkaian pastinya kan ada banyak komponen. Tiap komponen itu ada yang menyerap daya dan ada juga yang melepaskan/mengirimkan daya. Jika ada komponen yang mengirimkan daya, maka akan ada komponen yang menyerap daya tersebut. Istilah bahasa sononya:
1.      Absorbing Power / Daya yang diserap
Daya yang diserap berarti, arus listrik menuju titik positif dari komponen tersebut.
Dimana P = +vi


2.      Suplaying Power / Daya yang dilepas
Daya dilepaskan berarti, arus listrik menuju ke titik negatif dari suatu komponen.
Dimana P = - vi
Paham teu?
Kalau belum, ayo kita lihat contoh berikut ini:
 Gambar disamping kiri ini, menyerap daya atau mengirim daya?
Yap betul bagi yang bener :D Gambar di itu adalah gambar rangkaian yang mengirimkan daya


  
Lanjut lagi ke gambar yang ini
Gambar yang kedua ini, menyerap atau mengirim daya?
Yahh salah (bagi yang salah. haha). Ini gambar komponen yang menyerap daya.
Oke, dua contoh udah lah yaa,, sudah sedikit bisa kan?
Sekarang kita lanjut ke hitung-hitungannya. Kalau misalkan ditanya. Berapakah daya pada komponen di gambar pertama? Jawabannya adalah P = - vi = - (6 x 3) = -18 W
Dan kalau gambar kedua, jawabannya P = 20 W (tahu kan caranya)

Yaa kurang lebih seperti itu. Itu masih yang daassaaaaarrr banget. Sebenernya adalah lagi yang bentuk rangkaian seperti ini:
Yang ditanyakan adalah berapakah daya di tiap komponen. Jawabannya :
P1 = -100W
P2 = 60 W
P3 = 48 W
P4 = - 8 W
Untuk caranya, silahkan dicari sendiri, sekalian buat latihan.
Ohya, ini ada contoh lain juga:
Tapi kalau yang ini, saya belum cari jawabannya berapa nilai P di setiap komponen. Mungkin ada yang mau share jawaban (bagi yang sudah dapat)
Semoga bermanfaat :)