Wednesday, November 27, 2013

sesal

Penyesalan
bukan sebuah kata yang layak kau ucap
bersyukur dan janjimu yang itu harus kau tunaikan

sang bintang tak kan tersenyum di kala siang
begitupun sang penggembala tak kan pulang sebelum ternaknya kenyang

ilmumu harus kau cari
ia tak kan datang dengan sendiri
ilmumu harus kau jemput
dari guru yang ilmunya seluas laut

Tuesday, November 26, 2013

Untukku yang ke 22

"Ya emang gitu, Mba. Kan apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai hasilnya. Makanya jangan bosen berbuat kebaikan. Seneng kan kalo bisa berbuat baik sama orang?"

Itu nasehat ibu yang ibu katakan ke aku pagi ini. Pagi disaat 22 tahun yang lalu, beliau dengan penuh peluh mempertaruhkan hidupnya demi hidup seorang anak manusia.
Dua puluh dua tahun yang lalu, saat mata sang bayi masih tak kuasa melihat indahnya dunia, dihadapannya ada seorang bapak yang dengan senyum bahagia di samping sang istri tercinta, menggendong dengan penuh rasa sayang. 
Dua puluh dua tahun yang lalu, setelah masa penantian 9 bulan dengan segala keterbatasan yang ada. Mencoba menguatkan pundak untuk tetap berdiri tegak hingga lahirnya sang bayi yang dinanti.

Ibu bilang, "Allah itu Maha Adil. Kita yang pas pasan gini, Alhamdulillah di kasih proses lahiran yang normal. Mba dulu lahir gratis tanpa biaya, Amel sama Dini bayar yaa tapi ga mahal mahal amat paling 500ribu udah termasuk akte. Alhamdulillaah..."

Senyum langsung terpasang diwajahku. Alangkah sempurnanya nikmat-Mu ya Rabb, Engkau lahirkan hamba dari rahim seorang ibu yang sangat cantik, sangat baik, sangat perhatian, dan sangat sayang kepada keluarganya. Dan Engkau juga titipkan hamba kepada seorang ayah yang sungguh tiada duanya, gagah, tampan, baik, perhatian, sayang kepada keluarga, dan bertanggung jawab. (dan agak sedikit gendut sih :P )

I would like to thank for Nung. I wish our dream will be come true. :)

Usia 22 tahun jalan ke 23. Sudah bukan waktunya lagi untuk main-main. Waktunya untuk memberikan arti keberadaanku di dunia ini.
Awal Januari tahun ini, aku pernah membuat peta hidup. Tentang visi hidupku. Itu akan jadi roadmap hidupku. Supaya ga salah arah (lagi).

Aku pernah bilang kepada temanku,
"Jangan sampai jurusan yang salah kita pilih ini, menjadi pembatas kita dengan passion kita"

Kata-kata itu akan aku pegang. Makasih buat gun*ur (teman smp-ku yang sudah sukses menutup mataku saat aku memilih jurusan untuk kuliah). Aku yakin ga ada yang salah disini. Tinggal kita, pinter2 aja cari hikmah dari semua yang terjadi. Skenario Allah, itulah yang terbaik,

Tangan gatel karena kudis
Daun delima jadi obatnya
Selamat Ulang tahun yaa Gendys
Semoga tambah berkah umurnya




Monday, November 25, 2013

Manusia Gadget

Sumber:

http://9gag.com/gag/a9d1151?ref=fb.s

Menyeramkan sekali. Suram rasanya kalau dunia jadi seperti ini. Semua harus pada kadar normalnya. Teknologi bagus, tentu ada batasan normalnya. Begitu juga dengan gadget yang sekarang ini sangat mudah dan murah (untuk sebagian orang) untuk dimiliki. Akhirnya, istilah ini pun berlaku.

"Gadget--> mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat"

Berikut ini ada gambar yang aku ambil dari sumber yang aku cantumkan di atas. Bukan untuk menolak kemajuan teknologi, tetapi untuk mengingatkan agar menggunakannya ada batas normalnya.


Sunday, November 24, 2013

Putri Malas

Aku berkutat dengan hal yang tak ku ketahui ujungnya
Berbelas kasih dengan hawa kota yang membuatku semakin tak berbelas kasih
Mempekerjakan tanganku untuk hal yang tak kusukai adanya
Menjadikan pembungkus tubuh bak sang raja yang harus dilayani dengan segala perhatian

Untaian frekuensi rendah dari mulut tak lagi mengena
Diam pun tak kan buat sang ratu tertidur
Bergerak pun hanya akan mengalihkan pikiran yang berkelebat dalam tempurung kepala yang kosong

Miris,
Kejayaanmu telah hancur

Kini kaki mulai menapak dari awal
Bagai menahan badak berbadan dua
ataupun menarik gajah berkaki seribu
langkahmu terasa lunglai tak berada

Dimana adanya indah senyuman sang kancil
menari-nari dalam lamunan yang tak lagi berwarna
Rasanya hanya hitam dan putih
Atau merah yang menyala itu ada tapi tertutupi dengan timbunan kemalasanmu

Kau bukan tak mampu
Hanya malas
Kau bukan tak mau
Hanya malas

Sudahlah ini hidup sang putri yang memimpikan sang pangeran
Padahal rembulan tak kan datang dengan kakinya
Kau harus meluncurkan kereta kudamu
Ia tak kan lari menghindar darimu