Friday, August 26, 2011

Kadar Kecintaan yang Begitu Tinggi

Kemarin, baru sempat ku menginjakan kaki di masjid yang indah dan cukup megah. Masjid Al Ahzar, Bekasi. Alhamdulillah kemarin aku diberi hidayah untuk melangkahkan kaki ke sana, beri'tikaf bersama adik dan temannya. Untukku, i'tikaf bukanlah hal yang cukup mudah untuk dilakukan. Karena butuh niat ekstra ikhlas untuk mendapatkan esensi dari apa yang akan dilakukan nanti selama semalam di rumah Allah itu. Tak hanya niat yang dibawa ke sana, tapi juga misi. Ya.. misi apa yng ingin dituju, dalam waktu semalam penuh mesra dengan Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Ada banyak niat yang mungkin dapat ku pakai untuk melakukan i'tikaf itu. Bisa dengan niat mencari keridhoan Allah, bisa karena ingin mencari malam lailatul qadr,sampai niat tak ingin kalah oleh adik yang semakin hari semakin memahami Islam. Namun terlalu sempit kurasa bila bila alasan-alasan yang kedua dan ketiga itu ku jadikan niat dan tujuanku untuk beri'tikaf di malam ke-25 itu. Lantas mengapa tak sekalian saja aku beri'itikaf dengan niat mencari keridhoan Allah, melakukan sesuatu hanya karena Allah suka, dan aku tak perlu mencari alasan-alasan lain lagi untuk menjadi pondasiku melakukan sekuatu. Hanya karena Allah suka bila aku melakukan hal itu. Titik. Bukankah memang itu tingkat paling tinggi keimanan seorang mukmin. Rasa cinta yang melebur dalam setiap aksi, bahwa apa yang ia lakukan, semata-mata hanya karena Allah, hanya karena Allah suka bila ia melakukan hal itu, hanya karena bila ia melakukan hal itu akan membuat cintanya pada Allah semakin besar dan cinta Allah kepadanya pun akan menjadi besar pula.

Aku jadi teringat sesuatu, tentang seorang hamba Allah, yang mungkin karena kecintaannya, yang sudah mencapai batas yang melebihi kecintaan manusia lain kepada Tuhannya. Syeikh Siti Jenar. Seorang alin ulama, yang telah mendapatkan esensi dari kehidupan didunia ini. Seorang yang kadar kecintaannya kepada Rabbnya telah begitu tingginya.

Hahh.. aku juga ingin seperti itu. Melakukan segala sesuatu bukan karena ingin mendapat pahala, bukan karena ingin mendapat rezeki yang berlimpah, tetapi karena kecintaanku pada Rabbku. Sehingga aku tak peduli pahala yang akan aku dapatkan, yang aku pedulikan hanyalah keridhoan Rabb ku, pada apa yang aku lakukan. Karena bukankah ketika di Yaumul hisab nanti, ketika kita dihadapkan pada amalan-amalan yang telah kita lakukan didunia dan timbangan b=kebaikan kita ternyata lebih ringan dari dosa-dosa yang pernah kita perbuat, rahmat Allah lah yang akan menyelamatkan kita!
Karena bukankah ketika kita mencintainya dengan segenap jiwa dan raga maka Dia akan Mencintai kita dengan seluruh bumi dan seluas alam semesta!
Lantas pantaskah jika kita memperbandingkan amalan-amalan baik kita dengan rahmat yang Allah berikan kepada kita?
Yang jelas sampai pada saat ini, diri ini belum sanggup mencapai kadar kecintaan kepada-Nya yang setinggi itu. Semoga, Allah Melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya selalu kepada kita sampai kita dapat menjadi hamba-Nya yang mencintai-Nya dnegan ikhlas.

No comments:

Post a Comment